Tanpa terasa waktu terus bergulir dan selama Mira
pergi ke Solo, aku berteman sepi.
Saat di rumah sendiri, aku lebih banyak mengisi
waktu dengan melihat social media, nonton TV dan membaca novel kesukaanku. Mira
terus memberikan kabar akan kondisinya di sana, menyampaikan bahwa setelah
dilakukan pemeriksaan ternyata ayahnya mengalami penyakit ginjal dan harus
menjalani cuci darah setiap 2 minggu sekali. Saat kondisi ayahnya sedang
ngedrop, Mira harus segera membawanya ke rumah sakit untuk segera mendapatkan
penanganan.
“Nin, bagaimana harimu? sepi ya... Awas jangan
banyak bengong, nanti Irfan marah lho,” goda Mira pagi ini.
“Hahaha... Bisa saja kamu Mira, aku ikhlas kok
kalau kamu mau sama Irfan,” godaku balik.
“Bagaimana kondisi ayah, sudah lebih baikkah?
Senin sudah mulai kuliah lho, kapan kamu akan pulang Mir?” tanyaku.
“Alhamdulillah ayah sehat. Kamis lalu ayah baru
cuci darah. Aku belum tahu kapan akan ke Jakarta lagi. Rasanya aku nggak tega
meninggalkan ibu dan ayah. Akan ku pikirkan lagi bagaimana baiknya,” jawab
Mira.
“Aku sedang coba mencari pekerjaan di sini Nin,
doakan dapat ya. Jumlat lalu aku coba menaruh lamaran di beberapa tempat,
semoga saja salah satunya rezeki untukku,” lanjut Mira menjelaskan.
“Apa cari kerja, terus bagaimana kuliahmu? Apa
memang tidak ingin lanjut lagi dan akan menetap di Solo saja?” tanyaku
memastikan.
“Nina, sudah ku bilangkan ayah harus cuci darah
setiap 2 minggu sekali dan biayanya tidak sedikit, aku tidak bisa mengandalkan
Bang Asrul terus. Untuk beberapa kali cuci darah ke depan, Ibu sudah punya
simpanan, tapi selanjutnya bagaimana, sedangkan untuk biaya sehari-hari juga
harus ada pemasukan. Sebenarnya aku juga bingung harus bagaimana, tapi untuk
terus lanjut kuliah rasanya berat,” jawab Mira. Nada suaranya menyatakan
kemantapan akan keputusan yang diambilnya.
“Apa kamu sudah bilang Bang Asrul?” tanyaku.
“Belum sempat, tapi ku rasa Bang Asrul bisa
menerima keputusanku,” jawab Mira.
Berat rasa hati ini dengan keputusan yang Mira
ambil, tapi hidup adalah pilihan. Meski terkadang pilihan yang kita ambil
adalah pilihan yang berat sekalipun, tetap kita harus bisa memilih mana yang
diinginkan.
Percakapanku melalui telephon semalam adalah yang
terasa menyedihkan dan membuatku harus menerima kenyataan bahwa Mira akan
selamanya di Solo. Namun, aku yakin, Mira jauh lebih merasa sedih dan harus
terus berjuang untuk orang tuanya. Ya, harapan orang tua adalah anak-anaknya,
bukan pada orang lain, atau yang Mira bilang, saatnya aku berbakti kepada orang
tuaku.
Beberapa hari Mira tidak memberikan kabar apapun.
Chat yang ku kirimpun hanya di jawab singkat saja. Tidak ada penjelasan
bagaimana kondisinya saat ini. Dia hanya menyampaikan, semuanya baik-baik saja.
Saat ku tanya bagaimana hasil lamaran kerjanya, belum ada jawaban baik katanya.
Tugas kuliah yang semakin hari semakin menyita
waktuku, membuat pikiran pada Mira terlupakan. Selama beberapa waktu tidak
terdengar bagaimana kabarnya dan aku pun tidak selalu menanti kabarnya lagi. Hingga
suatu hari aku bertemu dengan Bang Asrul dan menyampaikan bahwa Mira akan
segera melakukan lamaran di Solo dengan anak sahabat Ibunya.
“Nina, doakan Mira ya, semoga semua acaranya
berjalan lancar. Ahad ini Insya Allah Mira akan lamaran dan segera merencanakan
untuk menikah dalam waktu yang tidak lama,” jelas Bang Asrul saat bertemu
denganku.
“Oiya Bang, semoga semuanya lancar. Saya sudah
lama tidak mendapat kabar dari Mira, apakah no handphonenya sudah ganti?”
tanyaku memastikan.
“Jadi sudah lama tidak di kabari ya. Tas Mira
waktu lalu di jambret jadi handphone dan data penting lainnya hilang, mungkin
karena itu dia belum sempat menghubungi Nina, nanti abang sampaikan ya. No telephon
Nina tidak ada perubahankan?” tanya Bang Asrul memastikan.
“Tidak Bang. Saya titip salam untuk Mira juga,”
jawabku dan aku pun pamit pulang.
Dalam perjalanan pulang aku teringat semuanya. Ya,
teringat masa kebersamaanku dengan Mira. Bercanda, makan bersama dan saling
curhat akan apa yang kami rasakan. Semua sudah berlalu.
Mira. Meskipun saat ini kamu sudah jauh, tapi aku
akan selalu mengingatmu kapanpun.
Semoga keputusanmu dengan terus menetap di
Solo dan melanjutkan kehidupan di sana adalah keputusan yang terbaik. Hanya doa
terbaik untukmu yang akan selalu kupanjatkan.
Salam bahagia.
Tidak ada komentar:
Silahkan tinggalkan pesan dan tunggu saya approve komentar kamu.
Terima kasih atas pesan yang disampaikan