Saat Kehilangan Seseorang Yang Di Sayang
Ujian kehidupan (Sumber : Pixabay) |
Bismillah.
Apa
kabar sahabat?
Pernah
merasakan bagaimana kehilangan orang yang disayangi? Sedih sudah pasti. Rasa
ini adalah sunnatullah. Saat senang kita bahagia dan ketika kehilangan pasti
akan bersedih.
Kehilangan
orang yang disayangi merupakan pukulan yang sangat berat dirasakan. Lalu berapa
lama perasaan ini? Sampai kita bisa merasa ikhlas akan kepergiannya. Semakin
cepat ikhlas maka rasa sedih itu akan segera menguap. Namun, bagaimana bisa
ikhlas kalau berat terasa. Untuk berbicara ikhlas memang mudah, tetapi saat
mengalaminya sendiri pasti tidak semudah itu. Berat.
Ya
benar, ikhlas memang tidak mudah. Butuh waktu, kekuatan dan tekad yang kuat dan
sejatinya yang sudah kembali pada Allah SWT, tidak akan dapat kembali lagi.
Hakikat kehidupan
Sahabat
masih ingatkah, bahwa sejak dalam kandungan ada 3 hal yang sudah ditentukan
pada setiap insan, yaitu : umur, jodoh dan rezeki. Ketiga hal inilah yang
menjadi ketetapan Allah SWT dan tidak akan dapat ditukar dengan insan yang
lainnya.
Sedangkan
hakikat kehidupan yang Allah berikan pada umatnya, seperti yang terdapat dalam
firman Allah SWT sebagai berikut :
“Aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan agar mereka beribahah kepada-Ku.”
QS.
Az-Zariyat : 56
Kehidupan
yang Allah berikan ini ditujukan hanya untuk beribadah kepada-Nya, yaitu dengan
mengelola alam ini dengan sebaik-baiknya, melakukan amalan soleh, menjaga adab
bermasyarakat dan mampu menempatkan segalanya sesuai dalam koridor agama,
karena agama merupakan fondasi kehidupan.
Menerima semua kehendak Sang
Khalik
Ikhlas menerima kehendak-Nya (Sumber : Pixabay) |
Sang
Khalik sudah memiliki ketetapannya sendiri yang tidak akan dapat diubah. Ujian
juga merupakan kehendak yang Allah berikan untuk memastikan apakah kita mampu
naik kelas ke tahapan selanjutnya atau tidak. Karenanya semua yang terjadi
pasti mempunyai hikmah tertentu. Sebagai insan, kita sering kali memandang
hanya sebelah mata, bahwa ujian itu memberatkan dan membuat kita susah. Padahal
di balik itu semua, hikmahnya jauh lebih besar. Namun, hikmah ini tidak akan
kita rasakan langsung, melainnya waktu yang akan membuktikannya.
Begitupun
dengan usia. Masa hidup yang telah Allah SWT tentukan pada setiap insan
berbeda. Nabi Muhammad SAW wafat di usia 63 tahun, tapi apakah Nabi mengetahui
batas masa hidupnya? Tentu tidak, karena memang tidak ada yang diberitahukan,
semua ketetapan Allah adalah rahasia Ilahi.
Hadapi semuanya dengan senyuman
Kembali
tersenyum setelah menghadapi ujian akan membuat kita menjadi lebih kuat untuk terus
melangkah di hari-hari selanjutnya. Kesedihan yang berlarut akan membuat kita
menyesali semua kehendak Allah. Kesedihan yang hanya akan menyisakan duka yang
berkepanjangan.
Senyuman
tanda kita mampu menerima semua kehendaknya dengan tulus ikhlas. Walaupun berat
di awal, tetapi doa akan terus mengiringi kepergiannya, agar kebahagian terus
bersamanya di alam sana dan diampuni semua dosa-dosanya. Ya, doalah yang akan
membuat diri seseorang itu menjadi lebih ikhlas. Hanya doa yang mampu menghubungkan
hamba dengan Sang Khalik.
Hakikat kehidupan (Sumber : Pixabay) |
Semua
ujian yang kita hadapi adalah bagian dari kehendak Allah juga agar kita bisa menjadi
hamba-Nya yang selalu dekat dengan-Nya. Hanya mengharapkan semua kepada Allah
semata, bukan kepada yang lain. Karena Dia lah pemilik alam semesta beserta
isinya. Kita juga harus berusaha untuk selalu dapat berhusnuzan dengan semua
yang kita hadapi. Karena semua yang terjadi akan ada hikmah untuk diri kita
sendiri. Insya Allah.
*Sebuah
renungan diri untuk terus lebih baik lagi.
Semoga
bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Silahkan tinggalkan pesan dan tunggu saya approve komentar kamu.
Terima kasih atas pesan yang disampaikan