Cerbung : Kenangan Masa Itu - 2

Cerbung (Sumber : Pixabay)


Matahari bersinar begitu benderang, sinarnya terasa sampai kulit meskipun aku sudah mengenakan kemeja panjang. Uuuuh panasnya benar-benar terasa sekali. Apakah semuanya merasakan hal sama sepertiku? Tentunya. Karena saat aku cek suhu hari ini melalui ponselku, suhunya sekitar 35 derajat celcius. Masya Allah. Karenanya benar-benar panas, hot kalo kata orang mah. 

Ingin rasanya aku bisa segera sampai rumah, berteduh dari panas matahari dan bisa beristirahat di kasur singgasanaku. Rasanya sudah tidak sabar untuk segera sampai, tapi macet ini belum terlerai juga dari tadi, padahal jaraknya tinggal sedikit lagi.

“Nina hari ini kamu ada tugas kuliah tidak?” tanya Mira yang duduk di sebelahku. Kami mempunyai beberapa kesamaan, jarak rumah tidak terlalu jauh, kuliah ditempat yang sama, tetapi beda jurusan yang kami ambil. Aku mengambil jurusan fisika, sedangkan Mira mata kuliah Matematika. Meskipun berbeda jurusan, tetapi waktu kuliah kami tidaklah berbeda jauh.  

“Ada nih, sebenarnya tidak sedikit lagi ku kerjakan, tapi ternyata kurang literatur pendukung, jadi harus ku kerjakan di rumah deh. Kamu juga ada tugaskah Mir” akupun balik bertanya.

“Ada nih, buat makalah kelompok sih, jadi aku tidak terburu-buru. Nanti saja di kerjakan bersama, malas jika harus buat sendirian,” jawab Mira.

Selesai Mira menjawab pertanyaanku, handphone yang digenggamnya berbunyi dan Mira pun langsung menjawabnya.

“Assalamualaikum, iya Bang Asrul. Mira sudah arah pulang kok, tapi masih kena macet, paling sekitar 45 menit lagi sampai kok Bang. Ada apa Bang Asrul? Semua baik-baik sajakan? Oiya Bang, Mira akan hati-hati. Waalaikumsalam.”

Refleks aku pun langsung bertanya ada kabar apakah gerangan?

“Ga tau deh Nin, Bang Asrul enggak bilang ada apa, cuma minta segera sampai rumah aja,” jawab Mira dengan rasa tidak tenangnya. Sebenarnya dia juga penasaran dengan kabar apa yang ingin disampaikan Bang Asrul, tapi jawabannya harus ditunggu sampai rumah.    

Aku berusaha memenangkan Mira yang mulai terlihat gusar. Ku tawarkan apakah akan beralih naik ojek saja supaya bisa segera sampai rumah, dia hanya menggeleng lemah.
Transjakarta yang ku naiki perlahan jalan dan terus berjalan. Macet sudah mulai terlerai sehingga jarak rumah semakin dekat.

“Ayo Mir, kita sudah hampir sampai, semoga semua baik-baik saja ya.”

“Iya Nin, semoga semua baik-baik saja. Apa ada kabar dari Ibu dan ayah di Solo ya?” tebak Mira.  Aku belum tahu apa yang terjadi dengan Mira, karena saat pulang kami berbeda arah.

Setelah maghrib, aku mencoba Belum pasti apa diagnosa dokter, karena belum sempat di rumah sakit. Obat yang diminum baru berdasarkan dokter di dekat rumah,” jawab Mira menjelaskan.

“Ya Allah Mira, sabar ya. Semoga kondisi ayah cepat membaik. Lalu apa rencanamu? Masa sih kamu akan pulang? Saat ini kan sedang semesteran. Bagaimana kuliahmu nanti,” tanyaku dan mengingatkan bahwa saat ini sedang masa ujian semester.

“Itu dia Nin, aku sudah bilang ke Bang Asrul dan belum tahu akan bagaiamana jadinya,” jawab Mira dengan nada menggantung. Ya, dia masih bingung menjawab kondisi ini.

“Mungkin Bang Asrul yang akan ke Solo lebih dulu. Memastikan kondisi ayah,” jelas Mira.

“Doakan ayah ya Nin, semoga kondisinya cepat membaik dan bisa aktif seperti biasa kembali,” pinta Mira lagi.

“Iya Mira, aku akan mendoakan ayah, agar kondisinya cepat membaik, sabar ya Mir. Nanti kalau ada apa-apa kabari ya,” jawabku.

“Iya Nin. Oiya besok kamu kuliah jam berapa? Besok pagi mata kuliahku jam 08.00 nih, samakah?” tanya Mira.

“Wah sama nih, besok aku ada perubahan schedule, fisika masuk jam kuliah pertama nih, berarti kita bisa bareng lagi ya. Ok besok kita janjian di tempat biasa saja ya,” jawabku dan menjanjikan besok akan pergi bersama.

Setelah Mira menutup telepon, sejenak aku termenung. Membayangkan bagaimana kondisi dia di sana. Mira adalah anak bungsu dan selama ini dia begitu dekat dengan Ibunya meski jarak memisahkan. Sebenarnya Ibu berharap Mira kuliah di sekitar Solo saja, tetapi saat ujian SNMPTN, nilai kami berhasil masuk ke Universitas Negeri Jakarta, meskipun dengan jurusan yang berbeda.


*Next episode 2*     

Tidak ada komentar:

Silahkan tinggalkan pesan dan tunggu saya approve komentar kamu.
Terima kasih atas pesan yang disampaikan

Diberdayakan oleh Blogger.